Jumat, 16 Maret 2012

Cerpen ABG, Pertemuan Yang Mengesankan

“Namanya Rio, Swear Cit, dia cakep banget…,”
“dari mana loe tahu dia cakep, ketemu aja belom, dari fotonya? hati-hati deh loe, Ris, foto bisa menipu lho..,”
“Gue liat bukan cuma fotonya, Cit, dia tunjukin wajah dia via webcam, senyumnya Cit…, kagak nahan!,”
Risa beraapi-api cerita tentang gebetan barunya yang ia kenal via chatting.
“Tapi bukan itu yang bikin gue seneng, dia itu perhatian banget, saban hari ada aja email dan pesan di yahoo messenger dari dia buat gue, gue ngerasa diperhatiin banget, kita sering telpon-telponan, dia enak banget diajak ngobrol, nggak kayak Dana, dana pacar gue, tapi dia cuek banget, nggak pernah ada perhatian-perhatiannya buat gue, yang ada ribut mulu, lama-lama gue tinggalin tuh anak.” Risa mulai emosi kalau udah cerita soal dana, pacar satu sekolahnya.
“loe hati-hati, deh, Ris, jangan asal putus aja, Dana itu dah baek, cakep, pinter, ketua OSIS, apa lagi yang kurang dari dia. Kalo cowok yang loe kenal via chatting itu kan loe belum tahu pastinya.” Citra khawatir dengan tindakan Risa yang suka gegabah itu. Pasalnya dulu juga Risa pernah kejadian dan ketipu abis-abisan dengan cowok yang ia kenal via chatting. Karena ternyata tuh cowok ancur banget.
“ Kali ini nggak akan ketipu lagi deh, Cit, lagian tadi siang, gue emang udah bubaran ama Dana, Dana emang baek, cakep, seperti yang elo bilang, tapi dia masih seperti anak kecil, nggak ada perhatiannnya, sibuk ama kegiatan sekolah mulu, gue nggak butuh yang kayak gitu, gue butuh cowok yang dewasa, dan ternyata gayung bersambut, kak Rio juga nggak kalah cakep n kerennya ama Dana, dia anak kampus Mustopo. Minggu ini kita mau ketemuan,” Risa semakin berbinar-binar menceritakan semua ini ke sahabatnya. Yang di seberang telepon sana Cuma melongo demi mendengar penjelasan sahabatnya.
“ya udah Ris, terserah elo. Gimana-gimana keputusan tetep ada di pihak elo, pesen gue buat elo, sahabat yang gue sayangi, loe musti hati-hati. Oke honey!” Citra Mencoba menasehati Risa.
“Oke De, kakak… ntar gue kabari lagi ya… gue mau mandi dulu udah sore, bye..,”
“Iya, Bye.” Klik, sambungan seluler itu terputus.
Ada dua sms masuk. Pertama dari Dana.
“Ris, maafin gue kalo gue selama ini salah dan kurang perhatiin elo, loe pacar pertama gue, gue emang harus belajar mengerti elo, khusunya mengerti perempuan, gue nyesel, gue minta maaf. Gue bener-bener sayang elo, gue janji akan berubah, Ris…” Sms dari Dana, tapi risa sedang tidak ingin membalsnya. Sms terakhir dari Kak Rio,”Malam Risa… udah malam, istirahat gih, jagan sampe kelelahan. Tadi siang di sekolah pasti banyak kegiatan. capek banget ya…?, tuh kan keliatan, dari idung n jempol kakinya yang merah-merah, met bobo ya…” Risa tersenyum membaca sms itu, kak Rio emang selalu kasih perhatian-perhaian kecil yang hangat, beda dengan dana, mana bisa dana kasih perhatian seromantis itu, batin Risa.

xxx

Selanjutnya, dari hari ke hari, Risa semakin menyukai lelaki yang biasa ia panggil kak Rio. Ia semakin terbuai dengan sms-sms, email-email bentuk perhatian dari kak Rio, ia juga suka dengan candaan-candaan kak Rio dalam telepon. Sebelum tidur Risa membayangkan pertemuan yang akan terjadi dengan kak Rio. Sudah dua bulan ia kenal dengan lelaki itu lewat dunia maya, Risa sudah merasa cukup mengetahui pribadi dan fisik lelaki itu. Ia sempat membuka efbe kak Rio, di public photonya ia melihat foto-foto pria itu, wajahnya putih bersih, senyumnya manis, badannya atletis. Rambutnya yang keriting dibiarkan panjang membuat tampangnya menjadi perpaduan antar Zac Effron dan Revaldo. Kak Rio juga belum punya pacar, itu terlihat dari comment-coment teman-temannya di efbe, ada yang kasih comment “Ri, elo itu cakep,baek, tapi nape ya nggak ada cewek atu aja yang nyantol ma loe, wakakakakakak,” ada lagi,
“yo, elo kapan dong pecahin jomblo forever loe, jangan pilih-pilih cewek dong… apa-jangan-jangan cewek-cewek aja yang sulit pilih loe, abis loe telalu cakep sih… hahahahahah.” Coment teman-temannya emang suka aneh-aneh, tapi kesimpulan Risa tentang kak Rio, dia belum punya pacar. Ini kesempatan buat aku, pikir Risa. Mungkin kak Rio cari cewek yang kayak aku, jawab Risa sendiri dalam hati. Narsis. Risa juga sempat liat video kak Rio via webcam, kurang lebih satu menit, setelah itu putus, kata kak rio webcam di laptopnya emang rada-rada eror, kalo digunain nggak lebih dari satu menit mati sendiri. Tapi itu sudah mebuat Risa yakin. Nggak ada yang harus diraguin lagi.
Dari pembicaraannya dalam telefon kak Rio terkesan Dewasa. Lelaki yang seperti itu yang Risa cari. Risa memang merasa butuh figure lelaki dewasa buat berbagi, setelah belakangan ayahnya bekerja di luar kota dan kak Dani kuliah di Jogja, keduanya jarang pulang. Dan mungkin kak Rio bisa menggantikannya, fikir Risa. Tidak ada yang bisa diragukan fikirannya lagi tentang kak Rio. Dalam setiap email, sms dan chattingnya, Kak rio begitu perhatian padanya. Risa yakin kak Rio suka padanya. Aku mau punya cowok yang dewasa juga cakep, seperti mama yang bersuamikan papa. Kemudian Risa tertidu lelap berssama mimpi indanhya, terbang bersama kak Rio, seperti adegan dalam film Spiderman, juga seolah terbang di ujung kapal, seperti adegan dalm Film Titanic, Risa berkelana dalam mimpinya, dengan laki-laki yang mampu membuatnya begitu tersenyum indah sebelum tidur, dengan lelaki yang mampu membuatnya merasa diperhatikan saat menerima sms dan email darinya. Lelaki yang mampu membuatnya berbedar hebat saat melihat senyum dan tawanya, yang ia sempat lia via webcam itu, meski hanya satu menit. bersama lelaki iu, lelaki yang belum prnah ia temui dan sebentar lagi akan menemuinya di suatu tempat. Risa sudah hampir melupakan Dana, Dana yang pacar satu sekolahnya yang kini telah diputuskannya. Dana yang masih saja terus memohon maaf pada Risa. Dana yang juga dulu sempat membuatnya berdebar, Dana yang dulu begitu dikaguminya, juga mungkin teman-teman sekolahnya yang masih terus mengaguminya. Tapi saat ini tidak lagi bagi Risa. Dana terlalu sibuk dengan kegiatan-kegiatan Osis yang menjadi tanggung jawabnya Dana Baik, tapi ada kak Rio yang lebih baik. Pikir Risa. Ia telah benar-bebar menyukai kak Rio, yang seharipun tak pernah absent memberinya sms sekedar perhatian-perhatian kecil. Yang membuat Risa Tak Habis pikir, mengapa ada pria dewasa, secakep dan sebaik itu padanya.

xxx

Minggu pagi, didalam kamar. Sudah sepuluh kali Risa berganti pakaian dan sudah berpuluh-puluh kali Risa mematut diri di depan cermin kamarnya, kalau saja cermin itu bisa ngomong, mungkin ia sudah protes kesal atau mungkin justru tertawa terbahak-bahak melihat ulah Risa yang sedang bingung memilih pakaian mana yang akan ia kenakan sore ini. Ya, sore ini adalah pertemuannya dengan kak Rio yang sudah ia nanti-nantikan sejak lama. Gue harus berpenampilan serapi dan secantik mungkin, biar tampang gue yang imut ini jadi semakin imut, kayak tweety, biar senyum gue yang manis ini jadi semakin manis kayak candy, biar mata gue yang indah ini jadi semakin indah, kayak bulan, batin Risa. Pokoknya sore ini jadi ajang narsis bagi Risa. Ia nggak mau kelihatan jelek sama sekali, biar gue jadi semakin serasi dengan kak Rio yang super duper cakep itu, biar kak Rio yang dewasa dan perhatian itu jadi semakin romantis di pertemuan perdananya ini. Pokoknya segala sesuatunya sudah Risa persiapkan dengan matang. Bibirnya tersenyum-senyum akan pertemuan yang ia bayangkan bakal manis nanti.
Sorenya, Risa masih saja berlama-lama dandan dan mematut diri di depan cermin, panggilan masuk dari Citra diabaikannya. Padahal ia sudah janji menjemput Citra untuk minta ditemani menemui calon pangeran barunya itu. Sampai panggilan entah ke berapa belas kali baru diangkatnya, “loe kemana aja, sih, Ris. Pasti loe kelamaan dandan. jadi minta anterin nggak? Udah jam berapa nih?” Citra langsung memberondong Risa, begitu panggilan masuk itu diterima tanpa sempet Risa menjawab, namun sejurus kemudian, “ aduh Cit, gue bingung nih, harusnya tadi loe yang kesini buat liat gue pantesnya pake baju yang mana…! Gue jadi takut berlebihan, bisa-bisa, tuh, kakak yang ada ilfil sama gue…”
“ya udahlah, nyantai aja. Lagian kalau elo tanya fashion jangan sama gue, sama nona Igun aja atau sama om Robbi aja di Indosiar, Loe tanya sama gue jadinya malah kayak mau kondangan nanti, lagian bukannya kak Rio loe itu kata loe suka loe apa adanya, udah ya, gue tunggu sampai jam empat, kalau elo belum dating juga, bisa-bisa gue ngambek nih,” rentet Citra.
“ iya-iya!, ya udah tunggu, bentar lagi gue tempat loe,” akhirnya Risa pasrah juga, ia segera menyambar tasnya dan menghambur ke rumah Citra yang hanya berselang beberapa rumah dari rumahnya. Setelah sebelumnya ia berpamitan pada mama yang hanya terbengong-bengong melihat ulah putri satu-satunya itu. Mamanya tidak melarang setelah mengetahui Risa pergi dengan Citra. Biasanya mama memang memberikan kebebasan khusus pada Risa untuk pergi hang out bareng temen-temennya minggu sore.
xxx

sudah jam setengah lima lewat ketika mereka berdua sampai di mall tempat Risa dan kak Rio janji buat ketemuan. Itu berarti sudah lewat beberapa menit dari jam yang mereka berdua tentukan, jam setengah lima. Aneh, dari pagi kak Rio Cuma sms satu kali saja, itupun untuk memastikan jam bertemunya mereka berdua. Nggak seperti biasanya, kak Rio bisa sms atau telepon berkali-kali, pikir Risa. Ah, mungkin kak Rio mau bikin kejutan untuknya, pikir Risa.
“Cit, kita langsung ke Solaria, ya, kemarin kita janjiannya di situ, jangan-jangan tampangnya yang cakep jadi garing kayak kerupuk udah nunggu kita lama,” Risa langsung menarik tangan Citra, tanpa Citra sempat menjawab.
Sampai di sana, Risa celingak-celinguk melihat penghuni-penghuni mejanya yang ternyata tak ada tampang kiut sang pangeran pujaannya itu.
“mana Ris, ada nggak sang pangeran cakep loe itu,”
“Duh kayaknya nggak ada deh, Cit.”
Pastiin yang bener ada nggak, dia janjinya pake baju apa, atau loe telfon, gih, kan loe jadi tahu dimana do’i” saran Citra.
“pake baju merah, nggak ada, Cit, beneran. Oke, deh, gue telefon, lagian dari tadi juga dia belum telefon gue, nggak kayak biasanya.”
Risa segera menelefon nomor yang dituju.
Terdengar telefon di jawab, “halo, kak Rio, udah dimana, nih? O, udah diparkiran, sepuluh menit lagi, oke aku tunggu,” Risa memutuskan sambungan telefonnya.
Mereka berdua segera mengambil meja di salah satu ujung ruangan sambil ngobrol. Risa segera merapikan rambut dan bajunya.
“Cit, udah mau sepuluh menit ya, gue deg-degan, nih, udah nggak sabar liat tampangnya…,” Risa mengoyang-goyangkan jempol kakinya demi menghilangkan nervous.
“biasa aja kali, non. Gue sebenernya malah kasian sama Dana, dia bukannya udah berkali-kali minta maaf sama loe, loe yang pasti-pasti ajalah, jangan sama orang nggak jelas gini, gue, sih, tetep aja nggak yakin sama orang yng ngajak ketemuan lewat chattin, banyak nggak benernya daripada benernya.”
“tunggu beberapa menit lagi ya, say. Elo bakal liat nggak ada yang salah kali ini, sebelum ketemuan gue udah pastiin, kok, yah, setidaknya dia normal kayak orang kebanyakan, nggak buta, nggak bisu, nggak cacat fisik atau apalah…”
Tiba-tiba yang ditunggu dating juga. Seperti yang dibayangkan, seorang pria berbaju merah, berbadan atletis, berenyum manis, berbadan putih bersih, berambut keriting panjang sebahu. Pria itu, segera menyalami Risa dan Citra. Ya, tak ada yang salah dengan ciri-ciri pria seperti yang Risa sering sebutkan pada Citra, hanya saja, ada sedikit ciri-ciri yang kurang yang Risa belum sebtukan dan tak risa ketahui sebelumnya. Dan itu membuat Risa dan Citra melongo saat melihatnya. Ternyata pria tersebut punya kebisaan ajaib dari reflek otot lehernya yang tak terkontrol oleh perintah system otaknya, yang mebuat leher dan kepala menengok kek kiri dan bergoyang cepat sepeerti bergeleng berkali-kali sehingga membuat ia tampak aneh, terlebih dengan rambut keriting keriwilnya itu, goyangan kepalanya jadi telihat heboh. Seperti robot gedek. terlebih saat ia sedang nervous, kebiasaan itu akan semakin terlihat dan sering muncul, kebiasaan yang luput dari pengamatan Risa sebelumnya.
Oh, God, teriak batin Risa. Ia tak tahu lagi mesti berbuat apa di situ. Kak Rio yang melihat tingkah Risa jadi merasa serba salah, ia jadi semakin nervous dan semakin sering mengucapkan kata-kata maaf didepan Risa dan Citra. Sehingga imej seorang laki-laki dewasa dan perhatian, seperti yang Risa tahu pada kak Rio jadi hilang seketika.karena laki-laki itu jadi sering mengeleng-gelengkan kepalanya dengan cepat, seperti bergetar. Saat-saat seperti ini, ia jadi merasa bersalah pada Dana. Mungkin gue kualat sudah mengabaikan dan membiarkan Dana yang berkali-kali meminta maaf sama gue, batin Risa.Dana jadi terasa begitu berharga baginya saat ini.
Usai pertemuan itu, sudah pasri Citra menggoda Risa habis-habisan. “hahahahaah, apa kata gue, Ris. Ketemuan sama orang lewat dunia maya itu banyakan kecewanya daripada senengnya, elo, sih, kagak percayaan, dulu-dulu kan elo pernah ngalamin, pake diulangin lagi, bla-bla bla-bla….. “
Yang digoda hanya tersenyum-senyum malu. Tapi yang jelas setelah itu Risa jadi kapok ketemuan sama orang lewat dunia maya, dan kini ia ingin segera menelepon Dana, meminta maaf atas keegoisannya selama ini.
namun beberapa saat sebelum ia menekan tombol panggil di hape-nya, ia melihat seorang yang tak asing lagi sedang melintas dihadapannya sedang bergandengan mesra dengan wanita yang tak ia kenali, Sesosok Dana, Oh No....!


by: asamardi
teruntuk org2 yg kusayang...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar